Bagaimana cara membaca yang benar?

Image: Woman Reading in Dandora, Kenya, by Micah Albert

Ini adalah tulisan untuk para pembaca dan untuk mereka yang ingin menjadi pembaca. Terutama untuk para pembaca buku. Lebih khusus lagi, untuk mereka yang me
mbaca buku untuk memperoleh pemahaman yang meningkat.

    Yang kami maksud dengan ‘pembaca’ adalah mereka yang masih terbiasa, seperti kebiasaan hampir semua orang yang melek huruf dan cerdas, memperoleh sebagian besar informasi dan pemahaman mereka dari kata-kata yang ditulis. Tentu saja tidak semuanya; bahkan ketika radio dan televisi belum ada, sejumlah informasi dan pemahaman diperoleh secara lisan dan melalui pengamatan. Namun untuk orang-orang yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, itu saja tidak pernah cukup. Mereka tahu bahwa mereka juga harus membaca, dan mereka pun membaca.

    Akhir-akhir ini, ada kesan bahwa membaca tidak terlalu perlu seperti layaknya dahulu. Radio dan televisi (Media Sosisal) telah mengambil alih banyak fungsi yang dahulu dilayani oleh tulisan, sebagaimana fotografi yang telah mengambil fungsi-fungsi yang dulu dilayani oleh lukisan dan seni-seni grafis yang lain. Diakui, bahwa televisi dan gadget melayani sebagian dari fungsi-fungsi tersebut dengan sangat baik; komunikasi visual tentang peristiwa-peristiwa mutakhir, misalnya, membawa dampak yang sangat besar. Kemampuan radio untuk memberikan informasi saat kita melakukan hal lain−contohnya, mengemudi sebuah mobil−benar-benar menakjubkan, dan sangat menghemat waktu. Namun, bisa sungguh-sungguh dipertanyakan, apakah kemajuan dalam media komunikasi modern sudah cukup meningkatkan pemahaman kita tentang dunia yang kita tinggali.

    Barangkali, kita memang memahami lebih banyak tentang dunia ini dibandingkan dengan sebelumnya, dan jika pengetahuan merupakan syarat awal menuju pemahaman, maka semuanya untuk kebaikan. Akan tetapi pengetahuan tidak lagi merupakan syarat awal bagi pemahaman sebagaimana anggapan umum. Kita tak harus mengetahui semua hal tentang sesuatu agar memahaminya; terlalu banyak fakta seringkali sama-sama menghambat pemahaman, seperti juga terlalu sedikit fakta. Ada kesan bahwa kita, manusia modern, terlalu banyak dibanjiri oleh fakta-fakta sehingga menghancurkan pemahaman.

    Salah satu alasan dari situasi ini adalah media yang kita sebutkan tadi didesain begitu rupa sehinga berpikir seakan-akan menjadi tidak perlu (meskipun ini hanya sebuah kesan saja). Pendapat dan pandangan intelektual yang dikemas merupakan salah satu bisnis yang paling aktif dari beberapa pemikir terbaik masa kini. Para penonton televisi, para pendengar radio, dan para pembaca majalah, disuguhi satu kesatuan kompleks−mulai dari retorika yang sangat cerdas, sampai data dan statistik yang dikemas sangat cermat−untuk memudahkan mereka dalam ‘mengambil keputusan’ dengan kesulitan dan upaya yang minimal. Namun, pengemasan kerap dilakukan dengan sangat efektif sehingga para penonton, pendengar, dan pembaca sama sekali tidak mengambil keputusan. Yang terjadi adalah dia menyisipkan satu paket pendapat yang sudah dikemas dalam pikirannya, seperti menyisipkan sebuah kaset ke pemuatar kaset. Kemudian dia menekan sebuah tombol dan ‘memutar ulang’ pendapat itu pada saat-saat yang tepat. Dia sudah melakukan kinerja dengan baik tanpa harus berpikir.


Membaca secara Aktif

    Seperti yang kami katakan di awal, di dalam tulisan ini, kami pada prinsipnya akan mengurai tentang pengembangan keahlian membaca buku; apabila aturan-aturan tersebut diikuti dan dipraktikan, akan mengembangkan keahlian membaca sedemikian rupa sehingga dapat juga digunakan terhadap naskah tertulis secara umum, untuk semua jenis tulisan−mulai dari koran, majalah, pamflet, artikel, bahkan iklan.

    Karena, membaca apapun adalah sebuah aktifvias. Semua bentuk membaca sampai pada tingkatan tertentu harus dilakukan secara aktif. Membaca secara benar-benar pasif memang mustahil dilakukan; kita tidak dapat membaca dengan mata tertutup dan pikiran tertidur. Maka, saat kami membandingkan antara membaca secara aktif dengan membaca secara pasif, tujuan kami adalah, pertama, untuk menegaskan bahwa bisa jadi membaca dilakukan secara kurang aktif. Kedua, untuk menunjukan bahwa semakin aktif seseorang membaca, maka semakin baik. Seorang pembaca dikatakan lebih baik dibandingkan dengan yang lain jika dia secara proposional mampu menyisipkan spektrum aktivitas yang lebih luas dan upaya lebih besar dalam membaca. Dia lebih baik jika dia menuntut lebih banyak dari dirinya dan dari naskah yang ada di hadapannya.

    Meskipun membaca secara benar-benar pasif pada dasarnya tidak mungkin dilakukan, banyak orang berpikir bahwa, dibandingkan dengan menulis dan berbicara, yang jelas merupakan upaya-upaya aktif, membaca dan mendengarkan adalah sepenuhnya pasif. Si penulis atau si pembicara harus berupaya keras, tapi tidak ada upaya yang perlu dilakukan oleh si pembaca atau si pendengar. Membaca dan mendengar dianggap identik dengan menerima komunikasi dari seseorang yang secara aktif memberikan atau mengirimkan komunikasi. Yang salah dalam hal ini adalah anggapan bahwa menerima komunikasi sama dengan menerima sebuah pukulan atau sebuah warisan atau sebuah keputusan pengadilan. Sebaliknya, si pembaca atau pendengar lebih mirip dengan seorang pengangkap bola (catcher) dalam permainan bisbol.

    Menangkap bola sama aktifnya seperti melempar atau memukulnya. Si penangkap atau pemukul bola adalah pengirim, artinya kegiatannya adalah memulai gerakan bola tersebut. Si penangkap atau penjaga lapangan adalah penerima, artinya kegiatannya adalah mengakhiri gerak bola tadi. Keduanya aktif, walaupun berbeda aktivitas. Jika ada yang pasif dalam hal ini, maka itu adalah bola. Dia adalah sebuah benda mati yang digerakkan atau dihentikan, sementara para pemain adalah aktif, bergerak untuk melempar, memukul, atau menangkap. Analogi permainan bisbol dengan menulis dan membaca adalah analogi yang hampir sempurna. Naskah yang ditulis dan dibaca, seperti bola, adalah objek pasif yang terkait dengan dua kegiatan yang memulai dan mengakhiri proses tersebut.

    Kita dapat membawa analogi ini satu langkah lebih jauh. Seni menangkap bola adalah seni menangkap semua jenis lemparan−bola-bola cepat dan melengkung, naik dan turun. Begitu pula, seni membaca adalah keahlian untuk menangkap semua bentuk komunikasi sebaik mungkin.

    Perlu dicatat bahwa sang pitcher dan catcher bisa berhasil hanya jika mereka bekerjasama. Hubungan antara penulis dan pembaca pun serupa. Si penulis tidak mencoba untuk tidak ditangkap, meskipun kadang-kadang sepertinya demikian. Komunikasi-komunikasi yang berhasil terjadi apabila apa yang ingin disampaikan oleh si penulis dipahami dan menjadi milik si pembaca. Keahlian si penulis dan si pembaca menyatu satu tujuan bersama.

    Harus diakui bahwa tidak semua penulis itu sama, seperti juga tidak semua ‘pitcher’ itu sama. Beberapa penulis memiliki ‘kontrol’ yng sangat baik; mereka mengetahui dengan pasti apa yang ingin mereka sampaikan, dan mereka menyampaikannya secara tepat dan akurat. Jika semua hal yang lain setara, mereka lebih mudah ‘ditangkap’ daripada seorang penulis ‘liar’ yang ‘tidak terkontrol.’

    Hanya ada satu hal analogi itu berbeda. Bola adalah sebuah objek yang sederhana. Dia bisa ditangkap secara sempurna, atau tidak. Akan tetapi, sebuah naskah adalah sebuah objek yang kompleks. Apa yang ingin disampaikan penulis dapat diterima sebagian atau sepenuhnya, mulai dari sangat sedikit, sampai sangat dipahami. Jumlah yang ‘ditangkap’ si pembaca biasanya bergantung pada jumlah kegiatan yang dia terapkan terhadap proses tersebut, dan pada keahlian yang melibatkan berbagai kegiatan mentalnya.

    Apa yang dibutuhkan untuk membaca secara aktif? Di dalam tulisan ini, untuk saat ini, cukup dikatakan bahwa, jika diberi naskah yang sama untuk dibaca, seseorang membaca naskah itu secara lebih baik dibandingkan dengan yang lain karena: pertama, dia membaca lebih aktif, dan kedua, dia membaca secara lebih ahli. Kedua hal ini saling berhubungan. Membaca adalah sebuah kegiatan kompleks, seperti juga menulis. Dia terdiri dari sejumlah besar aksi yang terpisah, semuanya harus dilakukan untuk bisa membaca dengan baik. Orang yang bisa melakukan lebih banyak aksi-aksi tersebut adalah orang yang mampu membaca lebih baik.


Disalin dari bab pertama buku “How to Read a Book,” terbitan Nuansa Cendekia, tahun 2015.

Comments